BMKG cuaca panas La Nina

Menanti La Nina: Kekeringan Melanda Sejumlah Wilayah

comunitynews
5:25 AM
0 Comments
Home
BMKG cuaca panas
La Nina
Menanti La Nina: Kekeringan Melanda Sejumlah Wilayah
Menanti La Nina: Kekeringan Melanda Sejumlah Wilayah
Ilustrasi: Menanti La Nina: Kekeringan Melanda Sejumlah Wilayah

Sejumlah wilayah di Indonesia diprediksi akan mengalami kekeringan meskipun fenomena La Nina diperkirakan melanda pada bulan Juli, Agustus, dan September 2024. Berdasarkan perhitungan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), La Nina biasanya membawa curah hujan tinggi. Namun, sebelum itu terjadi, beberapa daerah akan menghadapi hari tanpa hujan (HTH) yang cukup lama.

 Fenomena La Nina dan Dampaknya


La Nina merupakan fenomena alam di mana angin pasat dari Pasifik timur ke arah barat sepanjang ekuator menguat lebih dari biasanya. Hal ini menyebabkan suhu muka laut di Pasifik timur menjadi lebih dingin, sementara di wilayah barat, termasuk Indonesia, terjadi peningkatan curah hujan. Namun, meskipun La Nina diprediksi terjadi, beberapa daerah di Indonesia tetap berpotensi mengalami kekeringan sebelum fenomena tersebut benar-benar berlangsung.

 Prediksi Kekeringan di Sejumlah Wilayah


BMKG memperingatkan bahwa beberapa wilayah di Indonesia akan mengalami hari tanpa hujan (HTH) lebih dari 25 hari menjelang kedatangan La Nina. Prediksi ini didasarkan pada hasil monitoring Indeks Indian Ocean Dipole (IOD) dan ENSO Dasarian II per Juni 2024. Tercatat bahwa Indeks Dipole Mode berada pada angka -0.21 (IOD Netral), dan indeks El Nino-Southern Oscillation (ENSO) di angka 0.16 (Netral). IOD Netral diperkirakan berlangsung hingga September 2024.

Wilayah yang Paling Terkena Dampak


Menurut BMKG, HTH terpanjang diprediksi akan terjadi di Nusa Tenggara Timur (NTT), dengan durasi mencapai 16-25 hari atau bahkan lebih dari 25 hari. Selain NTT, beberapa wilayah lain juga diprediksi mengalami HTH yang signifikan, termasuk Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan sebagian wilayah Kalimantan.

 Dinamika Atmosfer dan Musim di Indonesia


Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian II Juni 2024 yang dirilis oleh BMKG mengungkapkan bahwa sebanyak 44% atau 309 Zona Musim (ZOM) telah memasuki musim kemarau 2024. Sementara itu, 40% atau 277 ZOM masih mengalami musim hujan, dan 16% atau 113 ZOM lainnya mengalami tipe satu musim.

 Musim Kemarau dan Wilayah yang Terdampak


BMKG juga memprediksi bahwa beberapa wilayah akan memasuki musim kemarau pada periode Juni III - Juli II 2024. Wilayah-wilayah tersebut meliputi sebagian besar Pulau Sumatera, sebagian Banten, sebagian Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah, sebagian Kalimantan Barat, sebagian Kalimantan Selatan, sebagian Kalimantan Timur, sebagian Sulawesi Selatan, sebagian Sulawesi Tenggara, serta sebagian Maluku dan Papua.

 Peringatan Dini Kekeringan


Berdasarkan pemutakhiran tanggal 20 Juni 2024, BMKG mengeluarkan peringatan dini kekeringan meteorologis yang diklasifikasikan menjadi beberapa kategori:

  1. Waspada: untuk beberapa kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat.
  2. Siaga: untuk beberapa kabupaten di provinsi Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan NTT.
  3. Awas: tidak ada wilayah yang masuk dalam kategori ini.

 Monitoring Hari Tanpa Hujan (HTH)


Hasil monitoring BMKG menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia masih mengalami hujan dan Hari Tanpa Hujan (HTH) kategori sangat pendek (1-5 hari). Namun, ada beberapa daerah yang mengalami HTH sangat panjang, mencapai 31-30 hari. Kondisi ini terutama terjadi di wilayah Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT.

Contoh ekstrem terjadi di Triwung Kidul, Jawa Timur, yang mengalami HTH selama 67 hari. HTH Dasarian III Juni 2024 diprediksi berlangsung 1-5 hari di sebagian besar wilayah Sumatra, Jawa, Bali, sebagian kecil Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah, serta sebagian Papua Barat Daya, dan Papua Selatan.

 Menghadapi Tantangan Kekeringan


Menghadapi kekeringan yang diprediksi terjadi, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk mengambil langkah-langkah antisipatif. Pengelolaan sumber daya air yang baik, peningkatan kapasitas waduk dan embung, serta penggunaan teknologi irigasi yang efisien menjadi beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi dampak kekeringan.

Selain itu, edukasi kepada masyarakat mengenai penghematan air dan adaptasi terhadap kondisi kekeringan juga perlu ditingkatkan. Dengan demikian, meskipun menghadapi hari tanpa hujan yang panjang, masyarakat tetap dapat menjaga ketersediaan air untuk keperluan sehari-hari.

Dikutip dari CNBC/OPINI

Blog authors