Kab.LamSel - comunitynews - Dalam tahun 2022, Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan mencatat angka prevalensi stunting sebesar 9,9 persen berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI). Penurunan signifikan terjadi dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 16,3 persen, bahkan lebih jauh dibandingkan tahun 2019 yang mencapai 30,3 persen.
Devi Arminanto, Kepala Dinas Kesehatan Lampung Selatan, menyampaikan berbagai langkah yang telah diambil untuk menekan angka stunting di daerah ini. Salah satunya adalah melalui Gerakan 8000 HPK, yang melibatkan pemberian tablet besi kepada remaja putri setiap minggu. Tidak hanya itu, upaya lainnya mencakup pemeriksaan Antenatal Care (ANC) bagi ibu hamil, termasuk USG untuk mendeteksi dini kelainan pada janin. Ibu hamil juga mendapatkan tablet besi selama minimal 90 hari kehamilan, sementara ibu hamil dan balita gizi kurang diberikan PMT lokal dengan fokus pada konsumsi makanan tinggi protein hewani.
"Kami juga memberikan pendampingan khusus kepada ibu hamil dengan risiko tinggi (Resti) dan balita dengan masalah gizi. Langkah ini mencakup rujukan ke fasilitas kesehatan, kunjungan rumah, dan pemeriksaan secara berkala," ungkapnya.
Langkah lain yang diambil adalah kunjungan rumah khusus untuk balita stunted guna menemukan penyebab stunting dan memberikan penanganan yang sesuai. Hal ini bertujuan agar kasus serupa tidak lagi muncul, dan balita yang teridentifikasi stunted dapat dirujuk ke puskesmas dan rumah sakit untuk mendapatkan diagnosa lebih lanjut dari dokter spesialis anak, sehingga penanganan dapat dilakukan secara tepat dan akurat.
"Berbagai upaya ini kami lakukan dengan harapan dapat menekan angka stunting di Lampung Selatan. Tujuan jangka panjangnya, pada tahun 2024, kita bisa mencapai angka stunting nol di Lamsel," tambahnya dengan semangat.
Roni