Perubahan Iklim Hari Bumi 2022 mendatangkan beberapa bukti yang sedikit dijumpai khususnya berkaitan dengan imbas perubahan iklim dan pemanasan global. Salah satunya, masalah industri mode atau fesyen.
Peringatan Hari Bumi setiap 22 April sebagai acara tahunan dengan arah untuk tingkatkan kesadaran khalayak mengenai permasalahan lingkungan yang menggerakkan berlangsungnya perubahan iklim.
Search keyword : Perubahan iklim adalah,perubahan iklim di Indonesia,dampak perubahan iklim, contoh perubahan iklim,cara mengatasi perubahan iklim Brainly,perubahan iklim 2022, aktivitas manusia yang menyebabkan perubahan iklim,perubahan iklim global,solusi perubahan iklim,penanganan perubahan iklim di Indonesia,pemanasan global di Indonesia 2021,faktor penyebab perubahan iklim,dampak perubahan iklim di Indonesia,
Ini diperingati di penjuru dunia dengan beragam aktivitas. Dimulai dari tindakan demonstrasi, pertemuan, project sekolah, dan aktivitas yang lain.
Senator Gaylord Nelson mengawali Hari Bumi pada 1970. Acara itu menolong tingkatkan support khalayak untuk pembangunan Tubuh Pelindungan Lingkungan (EPA) untuk menangani permasalahan lingkungan.
Disamping itu, Susan Clayton, seorang profesor psikologi dan study lingkungan di The College of Wooster di Ohio mengutarakan jika Hari Bumi mengingati orang untuk berpikiran mengenai nilai-nilai kemanusiaan, teror yang ditemui planet ini dan langkah menolong membuat perlindungan lingkungan.
"Pikirkan riwayat aktivisme lingkungan dan langkah pribadi bekerja bersama untuk mengganti peraturan bisa membuat kita lebih percaya diri mengenai kekuatan untuk membikin perubahan positif di masa datang," kata Clayton dikutip Live Science.
Berikut bukti-bukti mengenai Hari Bumi berkaitan perubahan iklim yang diambil dari CBS News:
1. Industri fesyen pada 2018 hasilkan 4 % emisi gas rumah kaca dunia
Laporan yang dicatat oleh Global Mode Aenda dan McKinsey and Company menyebutkan bidang fesyen pada 2018 bertanggungjawab atas 2,1 miliar metrik ton emisi gas rumah kaca atau 4 % dari keseluruhan emisi global.
Study ini mendapati jika 70 % dari emisi industri mode datang dari aktivitas hilir seperti produksi dan pemrosesan bahan. Beberapa periset memprediksi emisi gas rumah kaca dari industri fesyen akan bertambah jadi nyaris 2,7 miliar ton tiap tahun di tahun 2030 bila tidak ada perlakuan selanjutnya.
"Orang umumnya cuma memperoleh sedikit manfaat dari beberapa barang ini dan membuangnya, berperan pada semakin banyak sampah dan emisi. Baju kita harus tahan sekian tahun," Yaheya Heikal, CEO perusahaan pengendalian lingkungan Futurae Vision.
2. 80 % air sampah dunia mengucur kembali lagi ke ekosistem tanpa diproses
Menurut Federasi Bangsa-bangsa (PBB), 80 % air sampah dunia mengucur kembali lagi ke ekosistem tanpa diproses atau dipakai kembali dan 44 % air sampah rumah tangga tidak diproses dengan aman di penjuru dunia.
Karenanya, 1,8 miliar orang di penjuru dunia manfaatkan sumber air minum yang mempunyai potensi tercemar tinja. Mereka yang konsumsi air yang tidak diproses beresiko terjangkit penyakit seperti kolera, disentri, tifus, dan polio.
PBB memberikan laporan beberapa negara berpendapatan rendah dan menengah ke bawah ada pada resiko paling besar terkena polutan di air karena komunitas yang semakin tinggi, minimnya mekanisme pengendalian air sampah, dan permasalahan ekonomi.
"Saat komunitas tumbuh dan lingkungan alam jadi terdegradasi, pastikan ada suplai air yang cukup dan aman untuk semuanya orang jadi makin melawan. Sisi khusus dari jalan keluarnya ialah kurangi pencemaran dan tingkatkan langkah mengurus air sampah," kata PBB.
3. Empat dekade paling akhir Bumi makin hangat
Menurut Panel Antarpemerintah mengenai Perubahan Iklim, empat dasawarsa paling akhir masing-masing beruntun lebih hangat dibanding dasawarsa awalnya semenjak 1850. Beberapa periset mengaitkan jika gas rumah kaca dari kegiatan manusia ada di belakang prediksi pemanasan 1,1 derajat Celcius di antara beberapa tahun 1850 sampai 1900.
Kepala Federasi Bangsa-Bangsa António Guterres mengingatkan jika planet ini ada di lajur ke arah pemanasan global lebih dari 2x lipat batasan 2,7 derajat Fahrenheit yang disetujui dalam Kesepakatan Iklim Paris 2015 pada April ini. Bahkan juga Guetteres menyebutkan dunia sangat dekat sama batasan pemanasan global.
4. Emisi karbon dioksida 2020 raih tingkat fokus paling tinggi
Laporan Tahunan Kondisi Iklim oleh American Meteorogical Society menyebutkan ada pengurangan emisi karbon dioksida 6 sampai 7 % sebagai imbas limitasi mobilisasi di periode wabah Covid-19.
Akan tetapi, emisi karbon dioksida pada 2020 capai tingkat fokus paling tinggi di atas planet minimal dalam 800 ribu tahun akhir.
Beberapa periset mendapati jika kenaikan tingkat karbondioksida global dari tahun ke tahun sepanjang 1/2 era paling akhir bertambah 3x lipat.
Keadaan itu hasilkan temperatur di atas rerata di penjuru dunia, temperatur permukaan laut global 2020 yang capai titik paling tinggi, rerata kandungan panas laut paling tinggi, sampai badai siklon tropis paling banyak dalam riwayat.
"Kami sudah mengganti rumah planet kami sebegitu rupa hingga kami menyulitkan warga, usaha, dan pemerintahan untuk berperan seperti umumnya," sebut John Opperman, direktur eksekutif Ide Hari Bumi.
"Kita harus terima perubahan yang sudah kita membawa dan bekerja untuk melakukan perbaikan untuk menghindar dampak terjelek dari perubahan iklim. Salah satu hal yang bisa memberi penyembuh lara ialah jika ini ialah permasalahan yang disebabkan karena manusia. Kemampuan kita sebagai manusia untuk menyelesaikannya," paparnya.
5. Berat sampah plastik tahunan dunia nyaris sama dengan berat semua manusia
Program Lingkungan PBB mengutarakan manusia hasilkan nyaris 400 juta ton sampah plastik /tahun. Ini nyaris sama dengan berat semua komunitas manusia.
Barisan lingkungan memberikan laporan jika jumlah sampah plastik yang dibuat di awal 2000-an bertambah semakin banyak pada sebuah dasawarsa dibanding dengan 40 tahun awalnya. Di penjuru dunia, 1 juta botol plastik dibeli tiap menit dan 1/2 dari semua plastik yang dibuat direncanakan untuk maksud sekali saja pakai.
Di tahun 2050, produksi global plastik primer diprediksi capai 34 miliar ton.
"Kita perlu perlambat saluran plastik dari sumbernya, tapi kita perlu membenahi langkah kita mengurus sampah plastik. Sekarang ini, banyak yang usai di lingkungan," ungkapkan salah satunya program lingkungan itu.