BMKG memberikan keterangan mengenai dua gempa yang berlangsung di Laut Jawa dalam beda seputar 25 menit. Menurut BMKG, gempa di tempat ini jarang ada alias langka.
Kepala Bagian Mitigasi Gempabumi serta Tsunami BMKG Daryono awalannya menyebutkan, berdasar hasil analisa BMKG, gempa ini bermagnitudo 6,1 serta 6. Pusat gempa pertama ada di kedalaman 620 km serta gempa ke-2 ada di kedalaman 623 km.
"Hasil analisa BMKG tunjukkan gempa bumi ini mempunyai patokan up-date dengan magnitudo M 6,1 serta M 6. Episenter gempa bumi pertama terdapat pada koordinat 6,1 LS serta 111,86 BT atau persisnya berada di laut pada jarak 88 km arah timur laut Kota Rembang, Kabupaten Rembang, Propinsi Jawa Tengah, pada kedalaman 620 km. Episenter gempa bumi ke-2 terdapat pada koordinat 6,24 LS serta 111,84 BT atau persisnya berada di laut pada jarak 75 km arah timur laut Kota Rembang, Kabupaten Rembang, Propinsi Jawa Tengah, pada kedalaman 623 km," tutur Daryono dalam info tercatat, Kamis (19/9/2019).
Ia menjelaskan, berdasar titik pusatnya, gempa ini termasuk gempa dalam atau deep focus earthquake yang dipacu deformasi batuan pada slab lempeng Indo-Australia. Gempa itu disebutkan Daryono dirasa dari mulai Madura, Lombok, Bali, sampai Bandung dengan kemampuan bermacam.
Gempa dalam dikatakannya jadi kejadian alam menarik. Faktanya, gempa pada kedalaman ini jarang ada.
"Gempa hiposenter dalam yang melewati 300 km dipandang jadi kejadian alam yang menarik sebab jarang ada. Gempa ini dirasa dalam daerah yang luas dari Bandung sampai Lombok. Ini dikarenakan hiposenternya yang dalam hingga spektrum guncangan dirasa dalam daerah yang luas. Pantas disyukuri jika gempa tidak berefek mengakibatkan kerusakan sebab kedalaman hiposenternya yang benar-benar dalam," tuturnya.
Walaupun tidak berefek mengakibatkan kerusakan, ia menjelaskan gempa ini masih menarik untuk dikaji. Daryono menjelaskan gempa ini jadi bukti masih aktifnya subduksi lempeng Indo-Australia pada kedalaman 500 km dibawah Laut Jawa.
"Dibawah Laut Jawa itu Lempeng Indo-Australia menunjam serta menukik terjal sampai kedalaman lebih dari 600 km.," katanya.
Sampai sekarang, Daryono menjelaskan gempa dalam masih tersisa banyak tanda pertanyaan. Ada beberapa teori yang menerangkan mengenai penyebab gempa ini.
"Ada teori yang menerangkan hubungannya dengan pergantian karakter kimiawi batuan pada suhu serta desakan tersendiri. Tetapi ada juga sangkaan jika lempeng tektonik di kedalaman 410 km alami style slab pull (style tarik lempeng ke bawah). Sedang di bagian lempeng di kedalaman lebih dari 600 km. berlangsung style apung lempeng yang meredam ke atas (slab buoyancy)," katanya.
Selain itu, untuk gempa yang berlangsung ini hari disangka berkaitan dengan dampak style slab pull. Gempa ini dikatakannya terdapat di zone peralihan mantel pada kedalaman 410-600 km.
"Kegiatan seismik ini nampaknya lebih dikarenakan oleh terdapatnya dampak style slab pull yakni style tarik lempeng ke bawah karena tarikan gravitasi Bumi yang diikuti dengan proses sumber gempanya yang berbentuk sesar turun," sebut Daryono.